Ini adalah sebuah acara Kompetisi Blogger ShopCoupons X MatahariMall. Yang diselenggarakan oleh ShopCoupons. voucher mataharimall dan hadiah disponsori oleh MatahariMall.
Review Gone Girl
Poster Gone Girl |
Gone Girl adalah sebuah film drama yang hadir pada tahun 2014
silam. Saya telat sekali baru menontonnya sekarang. Tapi siapa peduli. Kita
mulai saja lagi. Ben Affleck dan Rosamund Pike ialah dua pemeran utama film ini.
Disutradarai oleh professional di bidangnya yakni David Fincer yang dulunya
juga menyutradarai film Social Network, menyebabkan film ini layak diacungi jempol
karena ceritanya yang kompleks namun diurai dengan dialog-dialog renyah, alur
cerita yang tidak terduga, dan menguak fenomena kelainan jiwa yaitu psikopat.
Uniknya ini kisah psikopat di dalam permasalahan rumah tangga.
Pernikahan merupakan hal penting dalam kehidupan
seseorang sebagaimana kita ketahui bahwa keputusan menikah bukanlah keputusan
yang mudah. Tentu saja ada banyak yang perlu dipertimbangkan selain soal
masalah perasaan diantara keduanya. Menikah melibatkan materi, keluarga, masa lalu, dan
prinsip. Kau tidak akan menikah dengan orang yang tidak kau kenal. Sayangnya, seberapa pun kau
mengharapkan pernikahan yang ideal pasti ada saja cacatnya. Pada kasus Gone Girl masalah muncul setelah lima
tahun pernikahan. Sang suami yang bernama Nick sekian lama menganggur menjadi
pemicu dalam hubungan karena menjadi masalah ekonomi. Tak hanya menganggur, Nick
pun berselingkuh dan istrinya, Amy Dunne, mengetahui hal tersebut.
Sakit hati, amarah, dan perasaan dikhianati lainnya
membuat Amy Dunne merencanakan sebuah pelarian yang ia rancang untuk memberi
pelajaran pada suaminya. Pelarian yang berbeda, bukan hanya kau membuntal baju,
celana, dress, dan semua keperluanmu ke dalam satu koper lalu pergi agar
suaminya merasakan kehilangan. Bukan. Itu terlalu sederhana dan klasik. Bagi
Amy, wanita cerdas ini merencanakan peristiwa yang akan membuat suaminya
dituduh sebagai pembunuh dirinya dengan mempersiapkan segala sesuatu dengan
rinci. Ia mempelajari, menghitung, dan membuat catatan hingga ia berniat bunuh
diri pada akhirnya.
Kehilangan martabat menurut dirinya adalah pelajaran
setimpal yang akan ia timpakan pada suaminya. Caranya yang sengaja membuat
kehilangannya seperti kasus pembunuhan. Dia membuat seolah dirinya hamil,
menyayat tangannya sehingga darah keluar banyak di dapur dan dibuat seolah-olah
terjadi pembunuhan. Selanjutnya ia pergi dengan rasa menikmati bahwa suaminya
akan dihukum mati.
Alurnya
selalu tak bisa diduga.
Kau harus melihatnya langsung bagaimana Amy dengan
darah dingin membunuh seseorang dari masa lalu, demi memuluskan niat kembali
kepada Nick dengan kondisi berdarah-darah.
Terakhir saya paling suka dengan adegan pembuka dan penutup
film ini lewat sebuah pernyataan sekaligus pertanyaan dari Nick ketika Amy
berbaring di sisinya.
“Saat memikirkan istriku, aku selalu memikirkan
kepalanya. Kubayangkan memecahkan tengkoraknya yang indah. Mencopot otaknya,
dan mencoba mencari jawaban.” Ia membelai rambut istrinya. Melanjutkan dengan pertanyaan
terpenting dalam setiap pernikahan.
“Apa yang kau pikirkan?”
Karena Nick tidak pernah lagi tahu apa yang
dipikirkan istrinya ketika ia menyadari bahwa orang yang ia cintai adalah
seorang psikopat.
Demikianlah film ini akan mengguncang jiwa kita. Oke saya kira cukup. Dan hujan jugalah yang memisahkan kita berdua, kau
dan saya. Saya harus membuat teh hangat yang asapnya mengepul-ngepul sebab
ujung jari-jari kaki sudah terlalu banyak melepaskan panas tubuh. Satu hal yang
diambil pelajaran dari drama thriller psikologi ini, bahwasanya jika kita akan
menikah kenali dan lihatlah masa lalu calon pasangan seumur hidupmu.
Jangan sampai dapat psikopat!
Jakarta, 26 April 2016
D.S
Sebuah Esai Siti Nurbaya: Kisah Kasih yang Tak Berujung
Marah Rusli adalah seorang
sastrawan di Indonesia pada angkatan Balai Pustaka dengan karya fenomenal yang
tak kenal jaman yakni roman Siti Nurbaya yang ikut membawanya sebagai penerima
hadiah tahunan pemerintah Republik Indonesia tahun 1969. Kisah yang dituturkan
pengarang dalam roman Siti Nurbaya ditulis hingga begitu melegenda dalam dunia
sastra di Indonesia hingga dibuatkan monument berupa jembatan Siti Nurbaya di
Kota Padang.
Dalam novel ini
menceritakan bagaimana kelicikan seorang rentenir tua yang memaksa menukarkan
pelunasan utang dengan menikahi anak gadis korban kelicikannya. Dalam keadaan
masyarakat dan bangsa yang sering ditemui kawin paksa, Marah Rusli secara jelas
mampu mengangkat realitas ke dalam cerita fiktif namun dalam keadaan yang
sebenarnya novel ini berbeda tipis antara bagaimana novel ini disebut sebagai
cerita fiktif atau realitas.
Dalam novel Siti Nurbaya,
sang pengarang mengambil masa kolonialisme sebagai latar keseluruhan cerita
dengan bagaimana keadaan setiap tokohnya yang disusun dengan rapi. Pengarang
membiarkan tokoh-tokohnya berpengaruh kuat terhadap satu sama lain.
Dalam novel
ini, diceritakan bagaimana kisah tak sampai seorang gadis yang mempunyai
kekasih bernama Samsul Bahri yang harus melanjutkan sekolahnya di pulau
seberang hingga menyebabkan mereka berpisah sementara waktu. Di lain pihak, melihat
keberhasilan Baginda Sulaiman—ayah Siti Nurbaya—, Datuk Maringgih merasa iri
lalu menyuruh anak buahnya menghancurkan usaha dagang Baginda Sulaiman hingga
ayah Siti Nurbaya jatuh miskin dan tak mampu membayar hutangnya kepada Datuk
Maringgih.
Di sini terlihat kelicikan Datuk Maringgih yang memang
mengincar Siti Nurbaya agar menjadi istri mudanya. Ia meminta pada Baginda
Sulaiman apabila tidak mampu membayar hutang maka Siti Nurbaya harus rela
menjadi istrinya supaya urusan utang di antara mereka selesai.
Sang tokoh utama, Siti Nurbaya pun gelisah bukan
kepalang karena ia merasa bahwa harus tetap setia pada kekasihnya, Samsul
Bahri, yang sedang bersekolah di Pulau Jawa. Namun, keadaan keluarganya yang
didera hutang juga takkalah mendesak hingga ia harus mengambil keputusan pahit
yakni menerima pinangan Datuk Maringgih tanpa mengabari kekasihnya terlebih
dahulu.
Suatu waktu, Samsul Bahri pulang dan tak sabar untuk
menemui Siti Nurbaya. Ia kaget mengetahui kekasihnya kini sudah menjadi istri
orang. Datuk Maringgih yang tidak menyukai Samsul Bahri pun menyebar fitnah
hingga menyebabkan terusirnya Samsul Bahri dari kampong halamannya sendiri.
Dalam perjalanannya, ternyata Siti Nurbaya yang juga
sudah diusir dari rumah, mencoba menyusul Samsul Bahri. Namun hal itu segera
saja diketahui suaminya yang langsung membuat muslihat agar Siti Nurbaya
kembali pulang. Sayangnya, Datuk Maringgih juga tak puas, hingga memutuskan
untuk meracuni istri mudanya tersebut.
Kematian Siti Nurbaya membuat tokoh-tokoh utama yang
lain dalam roman ini berubah. Samsul Bahri demi membalaskan dendamnya ikut
dalam ketentaraan Belanda dan dikirim ke Padang untuk menumpas pemberontakan
anti pajak yang dipimpin Datuk Maringgih.
Jika kita menilik pada penghujung cerita, kedua tokoh
utama ini sama-sama menjemput ajal setelah terlibat pertarungan sengit dan mati
dalam keadaan yang sungguh berbeda dari kisah awal yang dituturkan pengarang
sebagaimana Datuk Maringgih sebagai tuan tanah licik yang mati membela hak-hak
rakyat pribumi dan sebaliknya Samsul Bahri seorang tokoh terdidik namun di
ujung kisah mati sebagai bagian dari kompeni.
Marah Rusli sukses membuat bagaimana alur cerita itu
menjadi sangat hidup dengan pertikaian yang dalam realitas dapat ditemui dalam
masyarakat di jaman colonial. Dalam novel ini juga dapat diambil pesan moral
yaitu dalam situasi sulit sebuah karakter dapat berubah. Terkadang suatu sifat
yang buruk dapat berubah jika keadaan memaksanya untuk memilih kebenaran dan
sebaliknya.
DS. Jakarta 2015.
Tentang Dirimu
Adakah kesepian yang paling menggigit selain ketiadaan dirimu, mata yang paling cahaya. Setiap kali petang datang menyapa sudut-sudut kamar, kau membesar sebagai sebuah bayang hitam yang mengikutiku. Atau ketika malam turun ke bumi, kamu, ya, kamu, tidak pernah melewatkan sekalipun waktu yang berdetak-detak itu hanya untuk membiarkan nestapa singgah. Kamu senang sekali memeluk pikiran, seolah-olah separuh kewarasanku ditentukan oleh ada dan tiadanya dirimu. Mari sini sayangku, kamu yang tak pernah lelah, tak pernah berhenti hadir, genggamlah erat tanganku, dan pegang janjiku. Kau tak akan pergi kemana-mana selain ada aku bersamamu.
DS. 2015.
Di Sisi Bukit Nagrok
Pukul
21.00: Kampung Nagrok, Bandung
Barat
Malam
ini hujan turun lagi. Seperti malam yang lalu. Menyenangkan. Membuat suasana
diluar terlihat damai menentramkan. Tidak deras benar. Hanya hujan gerimis. Itu
pun jarang-jarang, tetapi cukup untuk membuat kampungku basah.
Aku
menghela napas panjang. Tanganku pelan menyentuh dinding bilik bambu yang
lembab karena dingin. Udara menyusup dari lubang-lubang kecil yang tercipta
dari sela-sela dinding anyaman bambu. Aku bergelung kembali dengan sarungku.
Dingin itu seketika menyergap ujung jari, mengalir ke telapak tangan, melalui
pergelangan, menerobos siku, bahu, kemudian tiba di hatiku.
Membekukan
seluruh perasaan.
Mengkristalkan
semua keinginan.
Malam
ini, semua cerita harus usai.
***
Seperti
biasanya pada malam-malam sebelum musibah itu, aku pergi mengitari jalan-jalan
kecil disana bersama beberapa pemuda kampung. Sibuk tertawa. Khas candaan anak
muda. Hingga larut tiba yang mengharuskan kami pulang ke rumah masing-masing.
Kampungku
terletak di desa MukaPayung, Kecamatan Cililin, Kabupaten Bandung Barat, Jawa
Barat. Kalau kalian kesini, maka akan terasa bahwa lingkungan disini amat
menyenangkan. Saat pagi datang, kampung akan diselimuti kabut tipis dan
embun-embun yang menempel di dedaunan. Atau bila petang menjelang, bukit-bukit
akan menampilkan siluet senja yang lembut.
Kampung
ini tetap ramah meski kemodernan terus menyapa. Tidak ada individualisme. Semua
bergotong-royong membantu tetangga sebelah rumah. Dan yang terpenting, kampung
ini adalah kenyamanan, hidup, dan kenanganku.
***
Setiap
sore aku datang ke bukit ini.
Sudah
menjadi ritual setahun terakhir. Ibu-ibu kampung yang matanya selalu menatap
prihatin sudah mengenaliku. Bocah-bocah kecil yang bermain di sepanjang jalan
menuju bukit juga sudah tahu. Kakak itu sering kesana.
Aku
menatap lamat-lamat pemandangan setiap kali ke sini. Berdiri bersandar pada
sebatang pohon di atas bukit sebagai tempat menumpahkan segala perasaan.
Tempatku terpekur mengenang segalanya. Semua masa lalu itu.
Aku
menghela napas panjang.
Bayangan
tentang perempuanku berkelebatan di sepanjang jalan. Ingatan pertemuan di bukit
dekat kampung memaksa pikiranku terbagi. Gadis itu tertawa riang, disana tanpa
malu-malu ia menarik tanganku untuk bergerak lebih cepat menaiki sisi bukit
yang terjal.
Aku
selalu tersenyum melihatnya begitu riang. Menyenangkan menghabiskan waktu senja
di atas bukit. Menyerap sisa-sisa kehangatan matahari sebelum ia tergelincir
turun ke belahan bumi bagian lainnya.
Gadisku
duduk syahdu di tempatnya. Terpekur memandang alam yang terhampar. Jemari
tangannya sibuk memilin-milin rumput kecil sambil mulutnya menyenandungkan
lagu-lagu. Merasa dunia sudah utuh baginya.
Tempat
ini selalu penting. Saat berjalan menuruni bukit, banyak bocah-bocah kecil berlarian
bersama-sama. Menatap keadaan disini, sedikit banyak membantuku berdamai dengan
perasaan masa lalu. Tempat ini benar-benar berarti banyak bagiku. Menyimpan
kenangan penting.
“Sendirian,
Den?” seorang ibu yang menggendong anak menegurku. Ia membawa balitanya sambil
menyuapi makan.
Aku
menyeringai datar. Pertanyaan itu bentuk keramahan yang ditemui di kampung ini.
Aku tahu persis. Dia tahu, seperti warga sisi bukit lainnya, setiap sore aku
datang ke sini selalu sendirian.
Aku
tahu setahun terakhir ibu-ibu di sekitar sini selalu mencuri-curi pandang.
Mereka menatap prihatin terhadap pemuda yang selalu bolak-balik ke bukit untuk
sekedar melepas pikiran dari seseorang yang memerangkap perasaan dari masa
lalu.
***
Bukit ini
penting. Selalu penting.
Bukit ini menjadi penanda perjalanan
belasan tahun terakhir hidupku yang penuh warna.
Prasasti indah yang akan selalu
kukenang.
Setahun silam kejadian itu mulai
membekas terlalu dalam di pikiranku. Untuk pertama kalinya aku bisa merasa
begitu nelangsa. Perasaan yang mencelos hati hingga membuatku tersentak bahwa
kenyataan itu terlalu dekat.
Setahun silam, hujan terus turun
dengan deras sepanjang dua minggu terakhir. Mengguyur kampung Nagrok. Membasahi
atap-atap rumah warga yang sibuk meringkuk di balik sarung. Malas beraktifitas
di tengah udara yang dingin menusuk.
Tidak ada yang menyadari kejadian itu
amat dekat. Musibah itu sudah mengintai kampung Nagrok selama dua minggu
terakhir bersamaan dengan air yang turun deras dari langit. Awalnya pohon-pohon
di sisi gunung cukup mampu menahan laju air di antara tanah-tanah miring. Tapi
mungkin tuhan berkehendak lain untuk kampung Nagrok.
Malam itu, tanah miring mulai bergerak
cepat menuruni sisi Gunung Arca. Mengirim pesan kematian ke kampung yang amat
indah itu, yang sebagian warganya sudah asik terlelap tidur ditingkahi suara
hujan. Tiba-tiba bunyi keras seperti gemuruh mengagetkan warga kampung. Dan
tanpa tedeng aling-aling tanah yang labil terkena deras hujan menghantam
pinggiran kampung Nagrok. Menimbun tebal rumah-rumah yang ada di sana .
Warga yang rumahnya tidak tertimbun
berlari panik menyelamatkan diri. Menyelamatkan nyawa keluarga masing-masing.
Malam itu kampung Nagrok ditimpa musibah longsor mengerikan dari Gunung Arca.
Dan
malam itu, malam kejadian itu, aku tidak berada di kampung. Aku sedang berada
di Dago, mengambil pesanan sanak saudara. Secepat kejadian longsor itu
menghantam kampung, secepat itu pula Emak mengabariku lewat telepon singkat.
“Pulang, Nak. Kampung ditimpa musibah longsor.” Singkat saja isi telepon Emak.
Tetapi efeknya sungguh besar, badanku langsung gemetar memikirkan musibah itu.
Otakku
berjalan cepat berpikir longsor pasti terjadi di sisi Gunung Arca, di pinggiran
kampung. Dan di sana ya Tuhan, disana rumah gadisku berada. Bagaimana kalau
terjadi sesuatu yang amat buruk, ah pastilah buruk berita ini saja cukup
membuat sendi-sendi melemas.
Bergegas
pulang dengan menumpang truk yang menuju ke arah kampung. Aku tidak sempat
memikirkan pesanan yang lupa dibawa. Perasaan amat waswas dengan apa yang
terjadi mengalahkan akal sehat ketika sampai di kampung, aku menerobos tempat
kejadian. Melihat segalanya telah rata dengan tanah. Keluargaku selamat, tapi
tidak dengan keluarga gadisku.
Aku
seperti orang gila saat itu, mencakar-cakar tanah di atas rumah yang tertimbun.
Barangkali gadisku disana. Barangkali ia masih bisa diselamatkan. Tetapi pemuda
kampung yang lain segera menarikku dari lokasi. Berbahaya berada di sana
sementara hujan masih turun meski tidak sederas malam-malam biasanya. Maut
mengintai siapapun di tempat itu.
Kabar
baik itu tidak pernah datang hingga berhari-hari kemudian. Tim Sar dan Badan
Penanggulangan Bencana yang selama beberapa hari terakhir terus berupaya
mencari korban yang tertimbun tidak bisa menyampaikan kabar baik untukku.
Pencarian itu dihentikan. Khawatir penyakit yang ditimbulkan jenazah yang sudah
membusuk akan membuat sakit tetanus.
Tetapi
ya Tuhan, kabar itu datang. Telak menghantam ulu hati. Mencerabut sisi tegarku.
Gadisku ditemukan. Tewas dengan keadaan yang amat menyedihkan. Tangan kirinya
putus dan luka menganga lebar di kepala.
Sungguh
sejak saat itu, tidak ada yang pernah sama lagi. Gadisku pergi bersama alam
yang merenggutnya. Meninggalkan senyap disini, di kampung dan perasaanku.
DS/2013
Napak Tilas Ngebolang 21-22 Februari 2015
- Berangkat pukul 7.30 dari rumah (uyut baru mandi)
- Sarapan bekal di alternative cililitan
- Ketemu uyut di kramat jati jam 9 kurang 15 menit
- Berangkat menuju bogor
- Sarapan bubur ayam di halaman dinas pendidikan jalan pajajaran
- Ketemu eci di depan botani square
- Berangkat menuju puncak gemilang cahaya bersatu janji kawan sejati *halah jam 11.14*
- Istirahat di alfamart 1 beli snack sekaligus minuman *yang aus yang aus*
- Lanjut perjalanan…
- Isi bensin di daerah puncak pass
- Acara berikutnya nanya amang villa karena guide jalannya (saya sendiri) lupa-lupa ingat
- Istirahat di alfamart 2 mengisi amunisi tas
- Masuk gerbang wisata paket lengkap (2 orang 1 motor) 9ribu
- Sampai di parkiran depan kantor administrasi TNGGP pukul 13.00
- Bayar parkir 5000/motor
- Sampai di pos pendaftaran curug cibeureum bayar 13.500/orang
- Start hiking menuju air terjun pukul 13.30 *uyut nyeker*
- Eci mati di jalan hahahaha
- HM 20 di atas rawa gayonggong sibuk selfie dan foto-foto imut *biar seneng*
- Sampai di telaga biru numpang cuci muka
- Lanjut ngos-ngosan..
- Pukul 15.00 sampai di air terjun cibeureum
- Istirahat sejenak *ihwal kelaperan* para perempuan mulai berdandan
- Aktifitas berikutnya tentu saja foto, foto, dan foto
- Jalan ke air terjun kedua *mergokin pria berkancut lagi pakai celana*
- Foto
- Foto
- Nyebur
- Foto *ihwal menggigil*
- Pukul 16.30 memutuskan untuk selesai
- Ke kamar mandi freshcare milik uyut masuk lobang wc *maap yut*
- Foto terakhir dan turun
- Pukul 17.45 sampai di bawah jajan cilok *protes cilok mahal!*
- Menuju puncak pass…
- Parkir motor di masjid at-ta’awun
- Makan di warung-warung makan depan masjid (view jalan puncak dan sedikit lampu kota yang ketutupan pohon)
- Foto di pelataran masjid yang pemandangan malamnya landscape city light kota bogor
- Pukul 21.30 pulang menuju rumah eci *di jalan ngebut2an demi menghindari begal-begal asmara* *apasih*
- Sampai Bojong Gede pukul 10.30
- Tepar tepar tepar
- Bangun pagi, sarapan pisang goreng buatan mamahnya eci *enak mak*
- Tepar tepar tepar
- Pukul 13.00 makan siang di restoran bebek goreng H.Slamet (asli) ditraktir mamahnya eci (tentu saja)
- Pukul 15.00 pulang ke Jakarta menuju rumah masing-masing
Selesai sudah
napak tilas ngebolang kali ini. Perjalanan yang menyenangkan karena berhasil
ngajak Eci, Ihwal, dan Uyut untuk hiking pertama kalinya ke gunung. Semua lelah
sudah dibayar lunas, semua senang, semua pegal. Sedikit quotes sebagai penutup
napak tilas kali ini: “The world is a book and those who do not travel read
only one page.” –St.Agustine
- Allah SWT
- Orang tua atas izin yang lain
- Kasir alfamart yang nyuruh bayar makanan yang diambil gratis dari rak
- Amang-amang villa yang udah ngasih tau jalan lurus
- Kasir alfamart lagi
- Amang-amang parkiran yang jagain motor
- Ranger hutan TNGGP
- Teteh warung yang masakin makanan
- Pengamen yang menghibur meski suaranya fals
- Dan kedua orang tua Eci juga Rangga yang udah kita kuasai ruang tamunya
Di Masa Hujan Datang
Hujan bawa harum kanak-kanak. Percik airnya mengejawantahkan dirimu dalam bayang masa nakal. Kita pernah tertawa-tawa dengan lumpur cemong menghias muka, mengejar katak-katak yang riang karna deras hujan turun amat lebat. Suatu hari di dimensi waktu yang berbeda, kita merindukan kembali berlarian di halaman dan berebut tempat kucuran air dari sudut siku-siku pertemuan atap rumah. Semakin deras, semakin keren. Betapa masa kecil begitu merindukan. Kita tak pernah mencari hujan untuk menutupi air mata seperti saat dewasa. Di masa kecil kita berdamai dengan hujan hanya untuk menciprati kawan sepermainan agar ikut basah dan cemong lalu tertawa senang. Sesederhana itu hormon dopamine merasuk pada kanak-kanak...
Langganan:
Postingan (Atom)
About Author
Follow Me
Popular Posts
Latest Post
"..mengembik dalam kata-kata.."
Arsip Blog
Diberdayakan oleh Blogger.
About me
Popular Posts
-
Marah Rusli adalah seorang sastrawan di Indonesia pada angkatan Balai Pustaka dengan karya fenomenal yang tak kenal jaman...
-
Hujan bawa harum kanak-kanak. Percik airnya mengejawantahkan dirimu dalam bayang masa nakal. Kita pernah tertawa-tawa dengan lumpur ce...
-
" echoes in eternity.. " Setiap peristiwa di jagad raya ini adalah potongan-potongan mozaik. Terserak di sana-sini, tersebar ...
-
Pernah kita menjejak di tanah basah bekas api unggun semalam Bara pun masih merah Berasap dan berbau bunga pemujaan Kulihat kunang-k...
-
Sketsa by Ikhwal Kedukaan besar menimpa penduduk suatu kota. Senyuman yang selama ini melekat di wajah tiba-tiba saja hilang dan ora...
-
aku tak pernah pulang bukan, bukan karena aku tak bisa kakiku dirantai kalau pulang itu saja bangku-bangku di rumahku tak pernah la...
-
Adakah kesepian yang paling menggigit selain ketiadaan dirimu, mata yang paling cahaya. Setiap kali petang datang menyapa sudut-sudut kamar...
-
Hello akhirnya setelah sekian lama punya blog juga. Ini bingung ini bagaimanalah caranya, asal aja gue tulis pembukaan dulu. Oke nanti ban...
-
Ini adalah sebuah acara Kompetisi Blogger ShopCoupons X MatahariMall. Yang diselenggarakan oleh ShopCoupons. voucher mataharimall dan hadi...
-
Minggu pagi sekitar pukul lima, gue baru aja bangun tidur setelah temen setia gue si Uyut Boeriswati teriak-teriak nyuruh gue melek. S...